Allah, aku memahami bahwa Kau Maha Adil, yang mana setiap perbuatan akan memperoleh ganjarannya. Namun saat perih ini menggetarkan pertahananku, menghancurkan dayaku, melemahkan tubuhku, memunculkan fikiran untuk menyelesaikan semuanya dengan tanganku.. bagaimana caraku mengendalikannya?
Akal ku menyadari bahwa jika sekalipun aku tidak berbuat apa-apa, Kau akan tetap menyelesaikan semuanya, karna Kau Maha Melihat. Namun setiap fakta yang mencuat terasa seperti air garam yang mengalir diatas luka. Hingga perih ini kadang bagikan bom waktu yang siap meledak... amarah menyelimuti hati, menodai niat ikhlas, merusak pertahanan diri... Semoga Kau senantiasa melindungi kembali jiwa ini.
Bagaimana bisa semuanya "tersenyum ceria" diatas kesenangan yang diciptakan dari pendustaan dgn mengatasnamakan ridho-Mu? Memang ada kebohongan yang diizinkan dalam Islam, namun apakah kebohongan yang menguntungkan sebelah pihak dan menghancurkan pihak lainnya itu termasuk di izinkan dalam Islam?
Bagaimana bisa manusia yang sangat baik pencitraan agamanya, yang luas pengetahuan Islamnya, yang nampak kuat iman dan takwanya, yang sering menyebut-Mu dalam tutur katanya, namun diam dan berlari saat dimintai pertanggungjawaban atas kekacauan yang telah diperbuatnya? lalu masih melakukan pembelaan diri dengan mengatasnamakan hal-hal yang mengarah pada agama-Mu?
Bagaimana bisa manusia yang sangat baik pencitraan agamanya, yang luas pengetahuan Islamnya, yang nampak kuat iman dan takwanya, yang sering menyebut-Mu dalam tutur katanya, namun diam dan berlari saat dimintai pertanggungjawaban atas kekacauan yang telah diperbuatnya? lalu masih melakukan pembelaan diri dengan mengatasnamakan hal-hal yang mengarah pada agama-Mu?
Allah, sungguh Kau lah yang Maha Melihat segala apa yang tersembunyi. Tak perduli bagaimana orang berargumen dan menilai, tetap Kau yang paling memahami setiap detail kenyataannya. Terimakasih telah menunjukkan bukti dan membukakan setiap fakta. Terimakasih telah menguatkan ku setelah ku lihat segala yang sangat menyakitkan. Terimakasih telah menjadikan ku pemberani yang tidak lari dari pahitnya kehancuran. Karna ternyata kuat bukanlah berhasil tersenyum setelah menghindari luka, tapi berhasil bangkit setelah menghadapi dan menaklukkan luka...