tiwinisacha. Powered by Blogger.
RSS

Pernikahan Dini

Pernikahan merupakan ikatan sakral yang menyatukan dua insan sejak dilaksanakannya akad. Lain halnya dengan berpacaran yang bisa putus-nyambung atau berganti-ganti sesuka hati, pernikahan adalah penetapan satu pilihan untuk selamanya. Oleh karena itu, pengambilan keputusan untuk menikah semestinya dilakukan dalam pertimbangan sematang mungkin. Bukan hanya mempertimbangkan kematangan rasa cinta yang menggebu-gebu, bukan hanya pertimbangan kebutuhan syahwat yang tak terkendali, bukan hanya kematangan financial yang dirasa telah cukup untuk menyelenggarakan resepsi, namun juga kematangan pengendalian emosional dan kematangan kepribadian yang sangat diperlukan dalam membangun rumah tangga yang kokoh agar tidak tersandung perceraian.
Lalu, bagaimana dengan pernikahan dini yang banyak pula dilakukan oleh remaja yang baru lulus SMA? Sebenarnya pernikahan dini bukanlah langkah yang bisa dikatakan salah atau terlarang, tapi jika kita masih punya kesempatan untuk mengukir pencapaian prestasi yang dapat membahagiakan orangtua kita terlebih dulu, mengapa harus memilih menikah cepat?
Pada umumnya, remaja cenderung memiliki pengendalian emosional yang belum cukup stabil. Emosional bukan berarti hanya emosi untuk marah-marah, tapi lebih tentang segala sesuatu yang melibatkan perasaan. Entah itu amarah, cinta, belas kasihan, kecemburuan, dan lain sebagainya. Dalam fase ini, seringkali remaja gegabah dalam pengambilan keputusan yang mengikuti gejolak emosionalnya. Kalau remaja yang pengendalian diri dan emosionalnya belum stabil itu sudah mengambil langkah menikah, maka besar kemungkinan pernikahan akan berjalan kurang baik, akan cenderung terjadi pertengkaran akibat ego yang masih tinggi dan pengendalian emosi yang belum matang.