Aku berlari sana sini mecari toilet, entah itu di gedung apa, seperti sebuah mall, namun nampaknya sudah malam dan akan tutup. Setibanya di toilet, aku tidak menemukan cermin disana. Hanya lorong sempit dengan 4 kamar toilet di sisi kiri, dan wastafel di bagian ujung. Aku menunggu giliran untuk masuk karena semua pintu tertutup, yang ku duga artinya didalam pasti “ada orang” nya. Tak lama setelah aku menunggu, gadis kecil masuk bersama ibunya. Namun karena penuh, mereka pun menunggu disebelahku. Entah mengapa aku merasakan ada yang tidak beres di toilet ini. Memang ada suara air dari kamar toilet, tapi feelingku buruk. Gadis kecil yang merasa menunggu terlalu lama menjadi tidak sabar, ia menggedor pintu tersebut.
“ini beneran ada orangnya atau pintunya yang rusak sih? Lama banget!” teriaknya kesal. Kemudian ia mengintip dari bawah pintu toilet, dan… “mamaaaah… ga ada orangnya di dalem!”
Byuuuuuuurrr… suara air dari dalam toilet pun berbunyi segera setelah gadis kecil itu mengatakan bahwa ia tidak melihat ada orang ataupun kaki orang di dalamnya. Ganjil, lalu siapa yang membuat suara dari dalam? Kami bertiga saling menatap dengan mata panik, yang mengisyaratkan bahwa kami harus segera keluar dari toilet ini.
Ibu si gadis kecil mencoba membuka pintu tapi tidak bisa, pintunya terkunci mendadak. Bulu kudukku berdiri dan aku semakin sadar ada yang tidak beres. Dalam usaha keras kami untuk mendobrak pintu keluar tersebut, tiba-tiba dari ujung wastafel… “berikan kalung itu padaku…!!!” ucap nyaring seorang wanita yang duduk bergelantungan di atas pintu toilet dekat wastafel, dengan gaun putih panjang... oke lebih tepatnya itu hantu wanita, ya, kuntilanak, atau entah apalah semacamnya.
Ibu si gadis kecil mencoba membuka pintu tapi tidak bisa, pintunya terkunci mendadak. Bulu kudukku berdiri dan aku semakin sadar ada yang tidak beres. Dalam usaha keras kami untuk mendobrak pintu keluar tersebut, tiba-tiba dari ujung wastafel… “berikan kalung itu padaku…!!!” ucap nyaring seorang wanita yang duduk bergelantungan di atas pintu toilet dekat wastafel, dengan gaun putih panjang... oke lebih tepatnya itu hantu wanita, ya, kuntilanak, atau entah apalah semacamnya.
Kami bertiga kebingungan dengan apa yang dia maksud, kalung apa? Kami saling mengecek leher kami dan melepaskan kalung yang mungkin sedang kami kenakan. Gadis kecil beserta ibunya melempar hantu itu dengan kalung emas yang mereka miliki, namun hantu itu menolaknya dan mengatakan dengan kesal bahwa bukan kalung itu yang dia mau… halahhh dasar rempong, batinku.
Aku memegang leherku walau ku sadar sepenuhnya bahwa aku tidak memakai kalung apa-apa, apalagi emas… kalung mainan seharga 3000 rupiah pun hanya pernah ku pakai beberapa hari saja karena iseng. Tapi diluar dugaan, aku mendapati kalung dileherku, entah darimana dan siapa yang memasangkannya. Yang pasti aku tidak pernah memiliki kalung seperti ini. Warnanya emas, dengan bandulan batu hijau yang membentuk tetesan air… sangat cantik. Aku melepaskannya dan bertanya pada hantu itu, “ini yang kamu mau?”
“Ya, berikan itu padaku!” pintanya dengan paksa, seakan kalung itu berarti sesuatu baginya. Aku tidak mau berpikir panjang, ku lemparkan kalung itu ke arahnya, ia menangkapnya dengan tawa melengking penuh kemenangan, that sounds like “ihihihihihi…” --- yeah itu sungguh tidak enak di dengar jika kamu merasakan berdiri di sampingku dalam kondisi terkunci dalam toilet yang ujungnya digelantungi kuntilanak. Seketika setelah itu ia menghilang dan pintu keluar dapat terbuka, namun saat hendak berlari keluar, tiba-tiba gadis kecil tadi berteriak dan tubuhnya gemetar… oke bisa ditebak apa yang terjadi, hantu itu merasuk ke tubuh gadis kecil yang malang. Pertanda buruk, aku menarik ibu si gadis untuk berlari keluar meminta pertolongan. Mata gadis kecil berubah menyala dan wajahnnya terlihat penuh dengan ekspresi ingin menyerang. Memang dasar tidak tau terimakasih, sudah dikasih kalung cantik bukannya pergi baik-baik malah masuk-masukin badan anak kecil…
“Toloooong…!” teriak kami pada sekeliling orang yang ada di mall tersebut. Orang berkerumun dan bertanya apa yang terjadi, kami menjelaskannya dan minta tolong agar seseorang menyelamatkan gadis kecil itu. Namun saat kerumunan semakin ramai… tiba-tiba seekor ular keluar dari kamar mandi tadi! “Lariiiii……!!!” teriak kami sambil berhamburan menyelamatkan diri. Aku lari menuju pintu keluar bawah dekat parkiran mobil, disana aku tak sengaja bertemu dengan pemilik mall tersebut. Ia menyarankan agar kami bersembunyi dulu. Dalam suatu ruangan yang tidak terlalu besar, kami berusaha menutup mulut rapat-rapat agar ular itu tidak dapat mendengar suara kami. Pintu kami kunci dan jendela nya juga kami tutup. Walau tanpa kata-kata, suara dengus nafas yang ketakutan tetap dapat ku dengar dan kurasakan. Sejenak aku berfikir, apa-apaan ini? Kenapa bisa tiba-tiba ada ular? Kemana hantu wanita di toilet itu? Dia itu kuntilanak atau siluman ular? Atau mungkinkah mereka dua makhluk yang berbeda? Jadi ada dua hantu di gedung ini? Apakah ular itu mengalahkan si kuntilanak di toilet? Atau apakah ular itu adalah jelmaan dari kuntilanak tersebut? Kepalaku semakin pening memikirkannya, terlebih saat mengingat betapa besarnya ukuran ular tersebut. Kepalanya lebih besar dari kepalaku, maka dapat dibayangkan tubuhnya sebesar apa… warna kulitnya coklat pekat dengan perpaduan hitam mengkilap.
“Praaaang….” Suara pecahan kaca membuyarkan lamunanku. Ular tersebut memecahkan kaca dengan kepalanya, ia membuka mulutnya yang besar dengan gigi-giginya yang menyeramkan… Semua orang berteriak dan memojokkan diri ke ujung ruangan. Namun tak ada jalan keluar untuk kabur, kami terjebak. Keringat dingin membasahi telapak tangan, kencangnya degup jantung seakan dapat membuat jantung terlepas. Aku menutup mata dan menguatkan hati untuk membaca ta’awudz serta beberapa surat pendek… Aku yakin Allah akan menyelematkan dan Allah lebih kuat daripada apapun. Namun saat baru di awal surat, aku merasakan sesuatu mencengkeram kepalaku! Ya, ular itu menggigitku, hendak memakan diriku. Ku buka mata perlahan tanpa berhenti membaca surat pendek. Meyakinkan diri bahwa ia tidak akan memakan ku. Aku tidak pernah berkelahi dengan ular, ia seharusnya bersahabat denganku. Hingga saat suaraku mulai melemah karena lelah, ia melepaskan gigitannya sembari menatap tajam mataku…
Andai malam itu aku ingat dimana handphone ku letakkan, pasti aku sudah mengambil adegan selfie bersamanya. It will be my greatest selfie :D ahaha… Kapan lagi coba bisa selfie sama ular sebesar galon? Namun sayangnya aku tidak ingat dimana handphone ku. Atau minta tolong salah seorang disana untuk mengambil pose candid sepertinya juga bisa jadi lebih keren. Hmm oke back to the topic, kami saling bertatap-tatapan. Tidak saling berbicara namun aku merasa ada sebuah kesalah pahaman disini, yang menyebabkan ular ini mengamuk. Aku menatap matanya tanpa berhenti membaca ayat al-qur’an, ia tidak menggeliat seperti cacing kepanasan, disitu aku merasa bahwa ia tidak benar-benar merupakan “sesuatu yang jahat”. Suara dengus kemarahannya semakin meredam, aku terus menatap mata besar itu beserta gigi-gigi tajamnya dengan sedikit menyelipkan pesan “tenanglah” melalui pikiranku yang ku yakini bahwa ia dapat menangkap pesanku, ku yakini aku men-telepati-nya. Semakin lama kami bertukar pandang, semakin aku yakin bahwa ular ini bukan jelmaan kuntilanak yang di toilet tadi. Aura dan tatapan matanya berbeda. Seketika aku teringat dengan kalung hijau yang ku berikan pada kuntilak itu, apakah semua ini ada hubungannya? Entahlah…
Sebenarnya aku sadar saat tadi ia menggigit kepalaku, itu bukan benar-benar sebuah gigitan. Sebab ia bisa saja meremukkan tulang-tulangku atau langsung melahap habis seluruh tubuhku jika ia mau, tapi ia tidak melakukannya. Gigitannya terasa mengambang, tidak sampai melukai, hanya seperti ingin mengetahui bagaimana reaksiku terhadapnya. Perlahan ia mulai menutup mulut, menyembunyikan gigi tajamnya sembari mengeluarkan kepalanya dari ruangan tersebut. Seakan ia kembali mempercayaiku setelah memandang kedalam mataku. Dan tentu saja, ia tidak bermaksud memakan siapapun, hanya seperti ada suatu kesalahpahaman yang membuatnya marah, dan sebuah jawaban yang ingin dia temukan. Kemudian ia meninggalkan kami, dan aku terbangun dari tidur. Kembali ke dunia nyata... tamat ^_^
0 comments:
Post a Comment